Minggu, 07 Februari 2010

Memilih Distro Untuk Remaster

Sering kali banyak pertanyaan muncul. Distro apakah yang baik untuk remaster? Sebenarnya semua linux bisa diremaster, karena sifat nya yang open dan mudah dimodifikasi. Mungkin yang baru mengenal Linux beranggapan remaster itu susah dan rumit, karena orientasi nya masih bertumpu pada operating system windows. Jika mengubah start menu di windows saja harus membuka regedit dengan value dan kode hexa dan harus hafal letak key dan semacamnya, maka di linux tidak serumit itu. Linux memiliki tata letak yang mudah karena hanya berupa lokasi directory dan lokasi file. Contoh jika ingin mengubah splash screen KDE cukup edit file di /usr/share/apps/ksplash/splash.png

Sebaiknya anda melihat basic anda pada distro basis apa? Seperti kita ketahui ada tiga distro besar yang mempelopori distro-distro lain yaitu "Slackware, Redhat dan Debian.

  1. Ketiga distro tersebut memiliki managemen Path atau lokasi yang berbeda.
  2. Mempunyai managemen packages yang berbeda serta cara instalasinya juga berbeda.
  3. Mempunyai ciri khas pada user access dan log yang berbeda
  4. Mempunyai beberapa sintax perintah yang berbeda.
Pilihlah berdasarkan basic distro yang anda terbiasa bekerja dengannya. Jika tidak maka akan menemui banyak kesulitan dan berdampak pada kestabilan distro hasil remaster anda.

Remaster Debian
Debian mempunyai komunitas yang besar dan yang paling unggul adalah debian sudah dikembangkan oleh banyak kelompok distro yang mengambil source dari debian sehingga memiliki banyak repository online yang mudah ditambahkan dengan hanya mengetik apt-get install

Remaster Redhat
Redhat pengembangan yang terus dilakukan dan sekarang sudah menjadi nama Fedora juga mempunyai kelengkapan repository. bahkan repository basis redhat bisa dipecah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan bisa berdiri sendiri sebagai package yang mudah di install dan bisa menjadi solusi saat terjadi kekurangan dependencise.

Remaster Slackware
Slackware merupakan distro yang memang diciptakan untuk "bongkar pasang" atau bisa dijuluki "Mainan Puzzle" Slackware tidak mempunyai repository selengkap Debian atau Redhat. Berlawanan dengan redhat, slackware mempunyai package yang bersatu (utuh) jika membutuhkan satu library kecil maka harus membongkar package yang utuh tadi untuk membuat package kecil sendiri sebagai pelengkap dependencise. Mungkin terlihat cukup repot jika memilih slackware namun itulah Idealisme seorang slacker yang setia dengan slackware. Dalam hal bongkar pasang slackware mudah dibongkar. Contoh untuk mengextract file TGZ tidak perlu menggunakan perintah khusus seperti di Debian atau Redhat, cukup doble click saja filenya maka terlihat isinya, karena file TGZ sebenarnya tar.gz yang direname menjadi tgz.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar